preload
Tampilkan postingan dengan label Materi Internet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi Internet. Tampilkan semua postingan




Router adalah peralatan yang melakukan fungsi routing, router bisa menjalankan tugasnya dikarenakan konfigurasi yang dibuat, pada saat kita akan melakukan konfigurasi dan masuk melaui console maka pada router cisco tersebut terdapat 3 mode, yaitu user mode, privilege mode, dan global configuration mode. Kita perlu memahami perbedaan mode ini pada saat mengkonfigurasi router sehingga kita akan tahu berada di mode manakah kita pada saat melakukan konfigurasi dan apa yang bisa kita lakukan pada  mode tersebut.
Mode-mode pada router
Pada saat kita melakukan konfigurasi pada Router Cisco banyak perintah atau command yang terdapat  pada setiap mode, dimana perintah tersebut ada pada suatu mode tetapi tidak terdapat pada mode lain
ModePromptPenggunaan
User ModeRouter>Pada saat kita pertama kali login melalui console maka kita akan masuk ke user mode, dimana pada mode ini kita tidak dapat melakukan konfigurasi, pada mode ini kita hanya dapat melihat informasi dasar dari router, dan untuk melihat perintah apa yang tersedia pada mode ini ketikkan perintah show ?
Privileged ModeRouter#Dari user mode untuk masuk ke privilege mode ketikkan perintahenable dan untuk kembali ke user mode ketikkan perintah disable pada mode ini kita bisa melihat informasi routing, interface protocol, konfigurasi yang sedang berjalan, konfigurasi yang disimpan, dan sedikit konfigurasi misal mengatur clock pada router. Untuk melihat perintah yang tersedia pda mode ini ketikkan perintah show ?
Global Configuration ModeRouter(config#)Untuk masuk ke mode ini pada privilege mode ketikkan perintahconfigure terminal dan pada mode ini kita mulai bisa melakukan konfigurasi antara lain: mengubah hostname, mengubah password, melakukan konfigurasi access list dan lain-lain, dan untuk melihat perintah yang tersedia pada mode ini ketikkan perintah show ?
Dari mode ini jugalah kita bisa masuk ke mode yang lebih spesifik misalnya masuk ke interface mode, mode untuk melakukan konfigurasi routing dan lain-lain
Setelah kita memahami mode inilah maka kita akan mengerti apa yang bisa kita lakukan pada setiap mode pada saat melakukan konfigurasi router dan mengerti susunan hirarki mode pada Cisco Router. Untuk bisa lebih memahami mari kita lihat contoh dibawah ini.
Pada saat pertama kali masuk ke console router mode pertama yang akan kita temui adalah user mode yang ditandai dengan tanda Router>
Router>
Untuk melihat daftar perintah yang tersedia pada mode ini cukup ketikkan tanda tanya “?” tanpa harus menekan enter.
Router>?
Exec commands:
<1-99>      Session number to resume
connect          Open a terminal connection
disable            Turn off privileged commands
disconnect      Disconnect an existing network connection
enable            Turn on privileged commands
exit                 Exit from the EXEC
logout             Exit from the EXEC
ping                Send echo messages
resume           Resume an active network connection
show              Show running system information
ssh                 Open a secure shell client connection
telnet              Open a telnet connection
terminal          Set terminal line parameters
traceroute       Trace route to destination
Router>
Dari user mode tingkatan mode berikutnya adalah Privileged Mode, untuk masuk ke Privileged Mode ketikkan perintah enable dan tekan enter.
Router>enable
Perhatikan promt sudah berubah dari Router> menjadi Router#
Router#
Sama seperti sebelumnya untuk melihat daftar perintah yang terdapat pada mode ini ketikkan tanda tanya “?
Router#?
Exec commands:
<1-99>      Session number to resume
auto                Exec level Automation
clear               Reset functions
clock              Manage the system clock
configure        Enter configuration mode
connect          Open a terminal connection
copy               Copy from one file to another
debug             Debugging functions (see also ‘undebug’)
delete             Delete a file
dir                  List files on a filesystem
disable            Turn off privileged commands
disconnect      Disconnect an existing network connection
enable            Turn on privileged commands
erase              Erase a filesystem
exit                 Exit from the EXEC
logout             Exit from the EXEC
mkdir             Create new directory
more              Display the contents of a file
no                  Disable debugging informations
ping                Send echo messages
reload             Halt and perform a cold restart
–More–
Tekan enter jika ingin melihat daftar perintah selanjutnya dan jika ingin kembali ke prompt Router#cukup menekan sembarang tombol pada keyboard komputer
Dari Privileged Mode kita bisa masuk ke mode yang lebih tinggi yaitu Global Configuration Mode dan untuk masuk ke mode ini kita cukup mengetikkan perintah configure terminal dan tekan enter
Router#configure terminal
Perhatikan kembali bahwa prompt sudah berubah dari Router# menjadi Router(config)#
Router(config)#
Untuk melihat daftar perintah pada Gobal Configuration Mode, ketikkan tanda tanya “?
Router(config)#?
Configure commands:
aaa                             Authentication, Authorization and Accounting.
access-list                   Add an access list entry
banner                        Define a login banner
boot                           Modify system boot parameters
cdp                                        Global CDP configuration subcommands
class-map                   Configure Class Map
clock                          Configure time-of-day clock
config-register Define the configuration register
crypto                        Encryption module
dial-peer                     Dial Map (Peer) configuration commands
do                              To run exec commands in config mode
dot11                         IEEE 802.11 config commands
enable                        Modify enable password parameters
end                             Exit from configure mode
ephone                       define ethernet phone
ephone-dn                  Configure ephone phone lines (Directory Numbers)
exit                             Exit from configure mode
hostname                    Set system’s network name
interface                     Select an interface to configure
ip                               Global IP configuration subcommands
ipv6               Global IPv6 configuration commands
–More–
Sama seperti dengan keterangan sebelumnya jika ingin melihat daftar perintah selanjutnya silahkan tekan enter dan jika ingin kembali ke prompt Router(config)# cukup menekan sembarang tombol pada keyboard komputer.
Ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami sebab dengan mengerti pada mode apa kita berada maka kita akan mengerti perintah apa yang bisa kita jalankan dan konfigurasi apa yang bisa kita buat.
Global Configuration Mode merupakan mode konfigurasi utama dan kenapa disebut dengan konfigurasi utama sebab dari mode inilah kita bisa masuk ke mode-mode konfigurasi yang lebih spesifik, misal kita ingin melakukan konfigurasi pada interface seperti pemberian IP addres dan lain-lain maka kita harus masuk lagi ke mode yang lebih spesifik untuk melakukan konfigurasi tersebut yaitu interface mode. Spesifik-spesifik mode itu antara lain:
  • Interface mode
  • Line mode
  • Router mode
  • Subinterface mode
  • Controller mode
Misal kita ingin melakukan konfigurasi pada interface dan melihat daftar interface apa yang bisa kita konfigurasi cukup kita ketikkan Router(config)#interface ? maka akan terlihat daftar interface yang bisa kita konfigurasi. Penggunaan tanda tanya “?” merupakan perintah yang sangat membantu kita dalam mengetahui daftar perintah yang tersedia pada suatu mode maupun mengetahui daftar perintah yang mengikuti suatu perintah, sebab biasanya perintah pada Cisco merupakan suatu rangkaian perintah dalam artian setelah perintah tersebut sebenarnya ada perintah lain yang mengikuti perintah tersebut, untuk memeriksa apakah perintah tersebut masih ada yang mengikutinya periksalah dengan perintah “?”
Router(config)#interface ?
Async              Async interface
BRI                              ISDN Basic Rate Interface
BVI                              Bridge-Group Virtual Interface
CTunnel                       CTunnel interface
Dialer                           Dialer interface
FastEthernet                 FastEthernet IEEE 802.3
Group-Async               Async Group interface
Lex                              Lex interface
Loopback                    Loopback interface
MFR                            Multilink Frame Relay bundle interface
Multilink          Multilink-group interface
Null                              Null interface
Tunnel             Tunnel interface
Vif                                PGM Multicast Host interface
Virtual-Template           Virtual Template interface
Virtual-TokenRing        Virtual TokenRing
range                            interface range command
Terlihat disitu daftar perintah yang mengikuti perintah Interface, sekarang kita ambil contoh perintah FastEthernet dan jika ingin melihat nomor interface FastEthernet yang bisa kita konfigurasi cukup dengan mengetikkan perintah “?“lagi.
Router(config)#interface fastEthernet ?
<0-9>  FastEthernet interface number
Router(config)#interface fastEthernet 0?
/
Router(config)#interface fastEthernet 0/?
<0-24>  FastEthernet interface number
Router(config)#interface fastEthernet 0/0 ?
<cr>
<cr> merupakan singkatan dari carriage return atau dalam pengertian kita telah mencapai  ujung akhir dari rangkaian perintah tersebut, atau bisa kita katakan bahwa tidak ada lagi perintah yang mengikuti perintah tersebut dan kita bisa menekan enter.
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if) #
Perhatikan kembali bahwa prompt sudah berubah dari Router(config)# menjadi Router(config-if)# dan ini menyatakan bahwa kita berada pada Interface Mode.
Jika kita ingin keluar dari Interface Mode dan kembali ke Global Configuration Mode ketikkan perintah exit kemudian enter
Router(config-if)#exit
Router(config)#
Seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa Global Configuration Mode merupakan gerbang untuk menuju mode yang lebih spesifik, selain dari interface mode, terdapat juga antara lain line mode yang dipergunakan antara lain untuk mengatur password console, telnet, maupun aux.
Dari Global Configuration Mode ketik perintah line diikuti tanda tanya “?” maka terlihat perintah yang mengikuti perintah line
Router(config)#line ?
<0-70>   First Line number
aux                Auxiliary line
console          Primary terminal line
tty                 Terminal controller
vty                 Virtual terminal
Router(config)#line console ?
<0-0>  First Line number
Router(config)#line console 0 ?
<cr>
Router(config)#line console 0
Router(config-line)#
Perhatikan kembali bahwa prompt sudah berubah dari Router(config)# menjadi Router(config-line)#
Sekarang kita sudah berada pada Line Mode dan untuk kembali ke Global Configuration Mode ketik exit
Router(config-line)#
Router(config-line)#exit
Router(config)#
Untuk masuk ke  Line Mode yang lainnya sepeti telnet langkah yang kita perlukan sama dengan langkah yang diatas, manfaatkan “?” untuk menemukan perintah selanjutnya.
Router(config)#line vty 0 1180
Router(config-line)#
Untuk kembali ke Global Configuration Mode ketik exit
Router(config-line)#exit
Router(config)#
Untuk masuk ke Router Mode ketik router kemudian periksa dengan “?” apakah ada perintah yang mengikutinya seperti perintah dibawah ini.
Router(config)#router ?
bgp    Border Gateway Protocol (BGP)
eigrp  Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
ospf    Open Shortest Path First (OSPF)
rip      Routing Information Protocol (RIP)
Kita ambil contoh satu misalnya RIP kemudian pergunakan “?“untuk memeriksa apakah ada perintah setelah RIP
Router(config)#router rip ?
<cr>
Muncul <cr> atau carriage return berarti kita berada pada ujung akhir perintah dan kita bisa menekan enter
Router(config)#router rip
Router(config-router)#
Perhatikan kembali bahwa prompt sudah berubah dari Router(config)# menjadi Router(config-router)#
Dari Router Mode untuk kembali ke Global Configuration Mode ketik exit
Router(config-router)#exit
Ketik exit sekali lagi untuk kembali ke privileged mode
Router(config)#exit
%SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console
Router#
Kita bisa kembali ke privileged mode tanpa harus kembali lagi ke Global Configuration Mode dengan cara menekan ctrl+z yang pengertiannya kita menekan tombol ctrl pada keyboard disertai dengan menekan tombol huruf z
Router(config-router)#ctrl+z
Router#
Maka kita akan berada pada privileged mode.

Read More...

>Subnet mask

Published in: Label:



>
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifierdiset ke nilai 1.
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IPmembutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default(yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.

Representasi Subnet Mask

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikansubnet mask, yakni:
  • Notasi Desimal Bertitik
  • Notasi Panjang Prefiks Jaringan

Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
, 
Kelas alamatSubnet mask (biner)Subnet mask (desimal)
Kelas A11111111.00000000.00000000.00000000255.0.0.0
Kelas B11111111.11111111.00000000.00000000255.255.0.0
Kelas C11111111.11111111.11111111.00000000255.255.255.0
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuahsubnet mask

Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/
Kelas alamatSubnet mask (biner)Subnet mask (desimal)Prefix Length
Kelas A11111111.00000000.00000000.00000000255.0.0.0/8
Kelas B11111111.11111111.00000000.00000000255.255.0.0/16
Kelas C11111111.11111111.11111111.00000000255.255.255.0/24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Menentukan alamat Network Identifier

Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP    10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)Subnet Mask  11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)------------------------------------------------------------------ ANDNetwork ID   10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

Tabel Pembuatan subnet

Subnetting Alamat IP kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet
(segmen jaringan)
Jumlah subnet bitSubnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
Jumlah host tiap subnet
1-21255.128.0.0 atau /98388606
3-42255.192.0.0 atau /104194302
5-83255.224.0.0 atau /112097150
9-164255.240.0.0 atau /121048574
17-325255.248.0.0 atau /13524286
33-646255.252.0.0 atau /14262142
65-1287255.254.0.0 atau /15131070
129-2568255.255.0.0 atau /1665534
257-5129255.255.128.0 atau /1732766
513-102410255.255.192.0 atau /1816382
1025-204811255.255.224.0 atau /198190
2049-409612255.255.240.0 atau /204094
4097-819213255.255.248.0 atau /212046
8193-1638414255.255.252.0 atau /221022
16385-3276815255.255.254.0 atau /23510
32769-6553616255.255.255.0 atau /24254
65537-13107217255.255.255.128 atau /25126
131073-26214418255.255.255.192 atau /2662
262145-52428819255.255.255.224 atau /2730
524289-104857620255.255.255.240 atau /2814
1048577-209715221255.255.255.248 atau /296
2097153-419430422255.255.255.252 atau /302

Subnetting Alamat IP kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet/
segmen jaringan
Jumlah subnet bitSubnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
Jumlah host tiap subnet
1-21255.255.128.0 atau /1732766
3-42255.255.192.0 atau /1816382
5-83255.255.224.0 atau /198190
9-164255.255.240.0 atau /204094
17-325255.255.248.0 atau /212046
33-646255.255.252.0 atau /221022
65-1287255.255.254.0 atau /23510
129-2568255.255.255.0 atau /24254
257-5129255.255.255.128 atau /25126
513-102410255.255.255.192 atau /2662
1025-204811255.255.255.224 atau /2730
2049-409612255.255.255.240 atau /2814
4097-819213255.255.255.248 atau /296
8193-1638414255.255.255.252 atau /302

Subnetting Alamat IP kelas C

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
Jumlah subnet
(segmen jaringan)
Jumlah subnet bitSubnet mask
(notasi desimal bertitik/
notasi panjang prefiks)
Jumlah host tiap subnet
1-21255.255.255.128 atau /25126
3-42255.255.255.192 atau /2662
5-83255.255.255.224 atau /2730
9-164255.255.255.240 atau /2814
17-325255.255.255.248 atau /296
33-646255.255.255.252 atau /302

Variable-length Subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

Read More...
ArtikelBetuah. Diberdayakan oleh Blogger.
******Kunjungi blog teman saya juga ya****** CatatanRipsn.blogspot.com/